GunungSitoli (Kompas)
Rawan pangan berkepanjangan di pedalaman Pulau Nias, Sumatera Utara, menyebabkan sedikitnya 21 anak balita busung lapar. Ribuan anak balita mengalami kurang gizi dan ratusan lainnya mengalami gizi buruk (marasmus kwashiorkor).
Di Kecamatan Lölömatua, Kabupaten Nias Selatan, sekitar 18 anak balita menderita busung lapar, sedangkan di Desa Simanaere, Kecamatan Botomuzöi, Kabupaten Nias, sedikitnya tiga anak menderita busung lapar. Kedua kecamatan itu termasuk daerah yang terisolasi, sulit dijangkau kendaraan, dan berada di daerah pegunungan.
Kepala Puskesmas Kecamatan Lölömatua Sabarudin Halawa mengatakan, sejak tahun 1998 daerah itu dinyatakan rawan pangan. "Lahan yang baik untuk tanaman pangan tidak ada lagi. Tanah rusak akibat ditanami nilam," katanya saat pengobatan gratis oleh Perkasih Jakarta, akhir pekan lalu di Lölömatua.
Ia menambahkan, saat ada bantuan dari beberapa lembaga nonpemerintah (NGO), jumlah penderita kurang gizi berkurang. Namun, masyarakat menjadi tergantung. Ketika bantuan selesai, warga kembali ke pola hidup tidak sehat.
Dokter Jackson Sihombing dari Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan Indonesia (Pelkesi) yang bertugas di Lölömatua mengatakan, kebanyakan anak balita diberi makan ubi, bubur, dan mi instan. Mereka jarang makan sayuran sehingga kurang gizi. Sulitnya air bersih juga menyebabkan anak balita terserang gatal-gatal, cacingan, dan diare.
Anak-anak jarang dirawat dan diawasi orangtuanya karena mereka bekerja di ladang menyadap karet seharian. Anak balita hanya diawasi kakaknya yang berusia lima atau enam tahun.
"Sudah saatnya masyarakat diberdayakan, tidak sekadar menerima bantuan agar mereka bisa hidup sehat sendiri," kata Sabarudin. (FRO)
Sumber: KCM Online, Senin, 22 Mei 2006
Title : Di Nias, 21 Anak Balita Busung Lapar ► SEOer Mendem ►
URL : https://mixed-corner.blogspot.com/2006/05/di-nias-21-anak-balita-busung-lapar_22.html
Jangan lupa untuk membagikan artikel Di Nias, 21 Anak Balita Busung Lapar ini jika bermanfaat bagi sobat.
0 komentar | add komentar
Post a Comment